MENGUBAH
SAMPAH ORGANIK MENJADI ECO ENZYME DI RUMAH
BERSAMA
BANK SAMPAH HIJAU DAUN DISPERKIMTA
Putu Desta
Sativana
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Buleleng (2019) menyatakan bahwa sampah organik dapat digolongkan menjadi 2
jenis yaitu: 1) sampah organik basah dan 2) sampah organik kering. Sampah
organik basah mengandung banyak air yang membuatnya masih lebih segar daripada
sampah oganik kering. Sampah organik basah yang masih segar ini bisa diolah
menjadi eco enzyme.
A.
Definisi
Eco Enzyme
Eco Enzym Nusantara (2020) menyatakan bahwa eco enzyme
adalah cairan alami serba guna hasil fermentasi dari gula, sisa buah/sayuran
dan air. Eco enzyme dikembangkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong pendiri Asosiasi
Pertanian Organik Thailand yang melakukan penelitian sejak tahun 1980. Eco
Enzyme diperkenalkan lebih luas oleh Dr. Joean Oon seorang peneliti Naturopathy
dari Penang, Malaysia.
Prasetio (2021) menyatakan bahwa dalam
pembuatannya, eco enzyme membutuhkan kontainer berupa wadah yang terbuat dari plastik,
tetapi penggunaan bahan yang terbuat dari kaca sangat dihindari karena dapat
menyebabkan wadah pecah akibat aktivitas mikroba fermentasi. Sedangkan
Rahmayanti (2021) menyatakan bahwa wadah-wadah seperti botol-botol bekas air
mineral maupun bekas produk lain yang sudah tidak digunakan dapat dimanfaatkan
kembali sebagai tangki fermentasi eco enzym.
B.
Kandungan
Cairan Eco Enzyme
Berdasarkan hasil penelitian Dr. Ros dalam Rosadi (2022)
menunjukkan bahwa sejak hari pertama proses fermentasi eco enzyme dilakukan
sudah menghasilkan O3 atau yang lebih dikenal dengan nama Ozon.
Zat ini berguna untuk mengurangi pemanasan global. Di samping itu terjadi
proses perubahan Ammonia menjadi Nitrat (NO3) yang berguna untuk
menyuburkan tanaman serta mengubah Karbon Dioksida (CO2) menjadi Karbon
Trioksida (CO3) yang bermanfaat untuk ekosistem laut. Kandungan dalam
cairan eco enzyme diantaranya adalah Alkohol Organik atau Asam Asetat
(H3COOH) yang dapat membunuh kuman, virus dan bakteri. Sedangkan kandungan enzyme
itu sendiri terdiri dari Lipase, Tripsin serta Amilase yang mampu
mencegah pertumbuhan serta membunuh bakteri pathogen.
Muhana (2021) menyatakan bahwa Alkohol (etanol)
dan/atau Asam Asetat dihasilkan oleh proses metabolisme bakteri yang
secara alami terdapat pada sisa buah atau sayuran. Dalam pembuatan eco enzyme,
baik alkohol, asam asetat, atau keduanya dihasilkan, tergantung pada jenis
mikroorganisme yang ada pada potongan buah atau sayuran.
C.
Karakteristik
Eco Enzyme
Berdasarkan penelitian dari Dewi, dkk. yang dilakukan pada
tahun 2021 dari hasil uji organoleptik, karakteristik dari produk eco enzyme
yang dihasilkan yaitu: aroma asam yang dihasilkan berasal dari asam
asetat yang terdapat dalam cairan produk eco enzyme tersebut dan berkhasiat sebagai
desinfektan, adanya warna coklat keruh karena warna asal gula jawa yang
digunakan berwarna coklat yang kemudian tercampur dengan ampas/residu dari
kulit buah, dan terjadi penurunan volume eco enzyme ketika proses
fermentasi telah selesai karena adanya produksi gas.
D.
Manfaat
Eco Enzyme
Menurut Eco Enzyme Nusantara (2020) terdapat manfaat eco
enzyme ditinjau dari aspek kehidupan sehari-hari, kesehatan,
udara/air/tanah, pertanian dan perternakan sebagai berikut.
1.
Aspek
Kehidupan Sehari-Hari
Untuk
pembersih alami (pembersih lantai, pembersih perabotan, pembersih
pakaian, pembersih toilet, sabun cair, dan pembersih sayuran/buah), perawatan
diri (pembersih gigi, toner/cream wajah, shampoo, dan sabun mandi),
dan menekan tingkat radiasi elektromagnetik di rumah.
2.
Aspek
Kesehatan
Untuk
perawatan kesehatan diri (kebersihan diri, detoks, dan hand sanitizer), mengatasi
berbagai luka (luka bakar, luka gores, luka diabetes, luka decubitus, dan
luka sobek), mengatasi berbagai macam penyakit kulit (infeksi kulit,
alergi, digigit serangga, dan bisul), dan penghasil ion negatif.
3.
Aspek
Udara, Air, dan Tanah
Untuk
memperbaiki kualitas udara sehingga udara menjadi lebih segar, bersih,
dan menghilangkan asap dan bau, memperbaiki kualitas air yang sudah
tercemar seperti danau, sungai, got, sumur, selokan, dan kali, serta meningkatkan
kesuburan tanah yang gersang dan tandus.
4.
Aspek
Pertanian
Untuk
menyuburkan lahan pertanian (pupuk organik) dan mengatasi hama
pertanian (pestisida organik).
Selain itu Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi
Jawa Barat (2022) menyatakan bahwa terdapat manfaat eco enzyme dari aspek
peternakan yaitu untuk membantu pengobatan luka kuku, badan,
dan mulut pada hewan ternak, membantu penyembuhan hewan ternak yang
terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), dan membantu pembersihan kandang
ternak.
E.
Proses
Pembuatan Eco Enzyme
Proses pembuatan eco enzyme pada
umumnya sebagai berikut (Eco
Enzyme Nusantara, 2020).
1.
Bahan
dan Alat Pembuatan Eco Enzyme
a. Bahan-bahan eco enzyme disiapkan dengan
perbandingan 1 : 3 : 10 yaitu:
Ø 1 bagian gula (kg/gr)
Gula
yang bisa digunakan yaitu: molase, gula aren, gula kelapa, dan gula
lontar
Ø 3 bagian sisa buah/sayur (kg/gr)
Sayur
yang tidak bisa digunakan
yaitu: sudah dimasak (direbus, digoreng/ditumis),
sudah busuk/berulat/berjamur, berminyak (kelapa dan ampasnya), dan kering/keras (kayu).
Ø 10 bagian air (liter/ml)
Air
yang bisa digunakan yaitu: air sumur, air buangan AC, air hujan, air
PAM, air galon dan air isi ulang. Disarankan agar volume maksimal air 60%
dari volume wadah.
b. Alat-alat yang disiapkan yaitu:
Ø Wadah (wadah yang bisa digunakan yaitu:
memiliki tutup bermulut lebar, boleh besar/kecil, dan berbahan plastik sedangkan
wadah yang tidak bisa digunakan yaitu: wadah logam,
wadah kaca, dan wadah bermulut sempit), pisau,
alas, dan timbangan/takaran.
2.
Langkah
Pembuatan
Pembuatan
eco enzyme dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Bersihkan wadah dari sisa sabun atau
bahan kimia lalu ukur volume wadah dan masukkan air bersih maksimum sebanyak
60% dari volume wadah.
b. Masukkan gula sesuai takaran yaitu 10%
dari berat air.
c. Masukkan potongan sisa buah/sayuran
yaitu 30% dari berat air lalu aduk rata.
d. Tutup rapat wadah sampai panen dan beri
label tanggal pembuatan dan tanggal panen.
3.
Menyicil
Pembuatan Eco Enzyme
Jika
memiliki wadah yang besar dan gula/molase yang cukup tetapi tidak memiliki
cukup sisa buah/sayuran maka pembuatan eco enzyme bisa dicicil sedikit demi
sedikit dengan cara: siapkan wadah berisi air dan gula sesuai takaran, masukkan
bahan organik sedikit demi sedikit sesuai ketersediaan lalu catat beratnya
setiap kali menambahkan bahan, dan setelah bahan telah memenuhi takaran lalu
catat tanggal tersebut sebagai tanggal pembuatan eco enzyme.
4.
Resep
Modifikasi
a. Sabun cair dengan cara mencampurkan 1
bagian gula, 3 bagian sisa buah/sayuran, 10 bagian air, dan 1 bagian lerak
kering tanpa biji.
b. Eco enzyme aromatik dengan cara menggunakan
kulit buah jeruk atau dengan menambahkan 10% bahan aromatik seperti daun jeruk purut,
daun mint, sereh, rosemary, kemangi, pandan, dan bunga pada larutan eco enzyme
lalu fermentasi kembali eco enzyme selama 1 bulan.
5.
Memperbaiki
Eco Enzyme
a. Timbul belatung
Timbulnya belatung dalam wadah
disebabkan wadah kurang tertutup rapat. Hal itu bisa diatasi dengan cara
memperbaiki kerapatan wadah dan menempatkan wadah (tertutup) di bawah sinar
matahari pagi selama 30 menit selama 3 hari serta periksa kembali setelah 7
hari.
b. Timbul jamur hitam
Timbulnya jamur hitam atau larutan
berbau got dalam wadah disebabkan kontaminasi mikroba tidak baik dan penempatan
wadah kurang baik. Hal itu bisa diatasi dengan cara memperbaiki kerapatan wadah
dan menempatkan wadah (tertutup) di bawah sinar matahari pagi selama 30 menit
selama 3 hari serta periksa kembali setelah 7 hari.
6.
Lokasi
Penyimpanan Eco Enzyme
Untuk
menghindari kontaminasi, tempatkan wadah larutan fermentasi di tempat yang: tidak
terkena sinar matahari langsung/teduh, sirkulasi udara yang baik, lingkungan
bersih, jauh dari Wi-Fi, WC, tong sampah, tempat pembakaran sampah dan
bahan-bahan kimia.
7.
Fermentasi
Eco Enzyme
Proses
fermentasi eco enzyme berlangsung selama 3 bulan. Bulan pertama, akan menghasilkan
alkohol, kemudian pada bulan kedua akan menghasilkan cuka dan pada bulan ketiga
akan menghasilkan enzim. Larutan fermentasi akan beraroma alkohol setelah 1
bulan dan beraroma asam segar setelah 2 bulan.
8.
Pemanenan
Eco Enzyme
Eco
enzyme siap dipanen setelah 90 hari. Eco enzyme yang baik memenuhi persyaratan
yaitu pH di bawah 4.0 dan aroma asam segar khas fermentasi. Jika dipermukaan
muncul jamur putih halus, maka jamur bisa dipisahkan dan dimanfaatkan. Eco
enzyme bisa dipanen dengan cara disaring.
9.
Pengemasan
Eco Enzyme
Hasil
panen eco enzyme bisa dikemas menggunakan botol plastik atau botol kaca yang bertutup
rapat. Disarankan eco enzyme dikemas mengggunakan botol-botol kecil untuk kepraktisan
dan penjagaan kualitas. Eco enzyme tidak memiliki tanggal kadaluarsa sehingga
dapat disimpan dalam waktu yang lama.
F.
Cara
Pemanfaatan Eco Enzyme
Takaran eco enzyme dalam aplikasi sehari-hari untuk
memanfaatkan eco enzyme sebagai berikut (Eco Enzyme Nusantara, 2020):